Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Sumber Gambar : https://pixabay.com

Lima detik setelah mendapatkan SIM dari Miss Puff, Spongebob langsung mengendarai perahunya dengan gembira. Namun, euporia di hatinya membuat skill mengemudinya yang tidak mumpuni itu menjadi melantur. Banyak melanggar rambu-rambu, bergerak tanpa arah.

Perahunya melaju cepat menerobos kota, membabat habis jemuran penduduk. Sebuah dalaman menutupi matanya, sehingga perahunya semakin melaju tanpa arah. Menabrak karang, melubangi poster, merusak habitat ubur-ubur, membentur tembok pembatas, lalu terjun bebas ke dalam palung yang gelap dan sempit.

Sunyi, Spongebob semaput, dia berada di kedalaman lebih dari 10.000 km dibawah dasar laut. Mendarat tepat di atas sebuah kapal selam yang hilang.

Tiba-tiba dia merasakan getaran, rupanya benturan perahunya membangunkan kapal selam yang sudah lama hilang. Kapal selam itu aktif, navigasinya berfungsi, lalu menderu, meluncur dengan cepat, bergerak-gerak seperti banteng mengamuk. Menghempaskan Spongebob ke permukaan laut, terpelanting ke arah Samudera Hindia, dan mendarat di laut terdalam tepat di atas bangunan batu yang sudah berabad-abad lamanya tenggelam.

“Dimana aku? Dimana aku?” gumamnya. Dia merasa kepalanya ngilu. “Maafkan aku, Nyonya Puff. Kenapa aku tiba-tiba lupa pada semua pelajaranmu tentang mengemudi, kini aku merasakan akibatnya,” gumamnya lagi dengan sedih, dia terhuyung-huyung. Pandangannya berkeliling nanar.

“Kamu berada di dasar laut dalam Sunda Land, benua yang hilang.” Tiba-tiba sebuah suara menggema.

“Demi Pluto yang berkabut, tampakkan wujudmu!” Spongebob ketakutan. Sebuah bayangan berkelebat, besar dan bulat. Seekor duyung menampakkan dirinya. Tiara di kepalanya tampak kecil dibandingkan badannya yang luas. “Demi Neptunus yang dingin, apakah kau tidak tahu apa itu diet?” Spongebob terkejut melihat seekor Duyung yang tidak bisa merawat diri, padahal dandanannya mirip seorang putri raja.

“Kurang ajar, berani sekali kau …!” bentak Duyung.

Spongebob beringsut. “Apa tadi kau bilang? Aku ada di laut dalam benua yang hilang?”

“Ya benar, kau sendiri siapa dan dari mana?” sebilah pedang dihunus Duyung itu.

“Aku … aku … aku Spongebob, dari … Bikini Bottom ….” Spongebob ketakutan sambil merasakan pusing di kepalanya, dia berjalan melipir hendak pergi dari sana, tapi hanya bisa terpaku di tepi tembok. Ternyata dia berada di sebuah bangunan batu tinggi di puncak gunung aktif. Di bawahnya magma bergolak, selangkah lagi dia bergerak, cairan panas itu akan merebusnya hidup-hidup. Di seberangnya, terpisah oleh kawah mengepul ada besi pemancar, ujungnya tidak kelihatan karena ada di permukaan laut. “Peradaban mana ini?” Spongebob kebingungan.

“Kau tidak bisa begitu saja keluar dari sini. Kita berada di menara paling atas tempat persembunyianku, di bawah kita ada sekelompok penyihir.” suara Duyung melemah, khawatir ada yang menguping.

“Aku tidak tahu kalau kau sedang dalam kesulitan, sedangkan kau begitu besar.”

“Stres membuatku banyak makan.” Duyung gendut mengunyah rumput laut dan ubi laut ungu cocol tinta cumi-cumi.

“Kalau begitu ada yang salah dengan makananmu, karena makanan yang diolah dan dimakan dengan cara tertentu tidak akan membuatmu .… “

“Diam! Bukan berat badan yang menjadi kesulitanku,” potong Duyung.

“Jadi?”

“Aku adalah seorang Putri Raja. Ayahku adalah Raja yang sangat dekat dengan rakyat dari negeri yang damai dan sentosa. Sayang, kedamaian porak-poranda oleh ulah penyihir jahat itu.”  Duyung terlihat geram. Spongebob terenyuh. “Berbekal tipu daya dia menyamar menjadi seorang pedagang, memengaruhi pikiran ayahku dan rakyatnya dengan sebuah benda ajaib. Hanya aku yang tidak terperdaya, aku bersembunyi di sini.”

“Kau tahu benda apa itu?”

“Penyihir bilang itu gadget, dia peroleh dari penjelajahannya melintasi lorong waktu ke dunia lain.”

Spongebob tertawa, merasa lucu  bahwa masih ada suatu negeri yang tidak tahu itu gadget.
“Kenapa kau tertawa? Bukankah dari awal sudah kubilang, kamu berada di laut dalam Sunda Land, benua yang hilang dari peradaban.”

“Ooh, benarkah kalian menghilang? Apa bukan karena kalian tidak mau menampakkan diri?”

“Baiklah, anggap saja kami malas menampakkan diri. Terus, apa yang sudah kau dapat dari peradabanmu, tuan kotak kuning berpori? Sudah hilangkah peperangan dan kemunafikan?”

Spongebob merenung, dahinya berlipat-lipat. “Hmm, kau benar, sepertinya itu belum hilang.”

“Kalau begitu sama saja, apa yang kau banggakan kalau peradabanmu masih jauh dari kedamaian.”

“Banyak, salah satunya aku tidak ketinggalan sepertimu. Gadget adalah hal biasa di sana, dan diet juga.”

“Peradaban yang payah, barang itu merusak otak rakyat kami!”

“Aku tidak percaya, benda itu adalah kemudahan, mungkin ada yang salah dengan rakyatmu.”

“Kalau kau datang dari peradaban maju, tentu kau bisa menolongku. Jauhkan negeri ini dari gadget!”

“Baiklah, tapi sebelumnya biarkan aku berpikir. Ehmm ... Apakah kau tidak memikirkan tentang diet?”

“Demi dewa laut yang agung, ada apa dengan bocah ini? Ayo, sekarang kita beraksi!” Duyung gendut itu mengganti bajunya dengan kain dan topeng hitam.

“Kostum ninjamu keren juga,” kata Spongebob.

“Bukan hanya kostumku, tapi kostummu juga.” Secepat kilat dia melemparkan kain hitam kepada  Spongebob. “Pakailah, kita akan menyelinap.”

Lalu keduanya keluar, merayap di dinding, menyelinap melewati penjaga kawah yang berwajah bengis berkeringat.

“Mereka seperti penjaga pintu neraka,” bisik Spongebob.

“Sstt ... diam lebih baik kalau ingin masuk surga.”

“Baiklah, Nona Duyung ninja. Apakah kau selalu menyelinap begini?” bisik Spongebob lagi.

“Setiap hari, bocah kuning. Tapi tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa. Alat itu terlalu canggih, aku tidak bisa menghentikannya. Aku hanya menjadi buruan penyihir itu karena dianggap pemberontak.”

“Woww! aku suka jadi pemberontak, kalau begitu kau meminta bantuan kepada orang yang tepat. Aku bukan bocah kuning, sekarang aku ninjaaaa kuning!”  Spongebob meloncat mendahului duyung. Berlagak jagoan, dia bergerak cepat turun ke lereng, disusul Duyung yang agak kesulitan menyelinap di celah dinding batu yang sempit.

“Lihatlah! Itu ayahku,” seru duyung sambil menunjuk seekor kuda laut tua sedang bermain game.

“Kau terlahir dari seekor kuda laut?”

“Di dunia imajinasi semua bisa terjadi.”

“Bahkan aku tidak tahu seberapa kejantanan seekor kuda laut.”

“Maksudmu?”

“Mereka jantan yang bisa hamil, dan itu bukan imajinasi.”

“Lupakan ayahku dan kejantanannya, pikirkan sesuatu yang bisa membebaskan ayah dan rakyatnya bisa mengangkat wajahnya dari gadget. Ayah dan Ibuku bahkan tidak akan mengenaliku lagi saat mereka mengangkat wajah.” Duyung berkata melirih.

Baca Juga : 



Spongebob berjalan, menyaksikan penghuni negeri itu dengan empati yang sangat dalam. Matanya berkaca-kaca, dia tidak menyangka pengaruh gadget begitu buruk di negeri itu.
Rajanya asyik bermain game sampai level tertinggi, permaisurinya sibuk belanja online sampai ke luar negeri. Dayang-dayang dan para menteri asyik besosial media entah dengan netizen mana. Istana mereka berlumut, banyak sarang laba-laba, seperti tidak berpenghuni.
Rakyatnya terus menunduk. Mereka tidak perlu berbicara ketika menginginkan sesuatu. Perut lapar tinggal klik menu, kurir akan datang membawakan. Semua dilakukan dari gadget ke gadget.

“Aku tidak menyangka, pengaruh benda itu bisa menghancurkan sebuah negeri,” gumam Spongebob.

“Lihatlah, para pria di negeri ini semakin malas bekerja, lahan pertanian dan perkebunan terbengkalai.  Para ibu melupakan pekerjaan rumahnya, mereka lebih suka ngomel-ngomel, ngerumpi, dan belanja lewat benda itu. Anak-anak apalagi, bermain sesuka hati dengan perangkat tipis itu. Rumah mereka dingin. Aku rindu suara mereka, aku kangen riuh rakyat ayahku seperti dulu, huhuhuuu...” Duyung menangis.

“Negeri apa ini? Aku harus cepat bertindak. Gadget diciptakan bukan untuk merusak interaksi sosial.” Spongebob mencak-mencak.

“Kau benar, lihat juga mulut dan badan mereka menjadi kaku, kelamaan terdiam, asyik sendiri sampai lupa mandi lupa melahirkan bayi. Penyihir itu sudah menguasai negeri ini, menawanku sampai gendut seperti ini.”

Putri Duyung menangis sesenggukan, Spongebob juga menjadi geram, rahangnya gemeletuk, sampai giginya rontok tumbuh berkali-kali.

“Sekarang saatnya kita cari penyihir itu,” teriak Spongebob. “Dia sudah menanamkan virus buruk tentang gadget, bukan kebaikannya.”

“Tidak usah capek-capek mencariku, pemberontak! Aku ada di sini.” Tiba-tiba ada suara kecil berseru, dari tandu yang diarak pengikutnya. Suaranya dikenali Spongebob.

“Plankton??” Spongebob mendapati Plankton dengan jubah penyihir kedodoran.

“Kau mengenaliku?”

“Tentu saja,” Spongebob membuka baju ninjanya. Plankton terkejut.

“Spongebob, sedang apa kau di sini?”

“Tidak penting sedang apa aku di sini, yang penting sekarang kau di sini dan merusak peradaban mereka dengan pengaruh burukmu.”

“Aku hanya ingin mereka maju,” jawab Plankton dengan enteng.

“Tapi buktinya mereka malah diam di tempat. Kaku, seperti robot.”

“Itu kesalahan mereka sendiri, tidak menggunakan benda itu dengan bijak, hahahahhaaa ... Sekarang aku penguasa negeri ini. Bisnis restoranku maju pesat dengan pesanan online, bahkan lebih maju dari restoran krabby patty milik si tua Krab.” Plankton berseru. “Aku adalah raja ... raja dari makhluk-makhluk penghamba sinyal, hahahahaaaa ...,” serunya lagi dengan pongah. Pengikutnya bersorak.

“Spongebob, pikirkan sesuatu! Aku tidak tahan mendengar ocehan penyihir kecil itu.” kata duyung.

Spongebob segera berpikir. “Penghamba sinyal? Yaa, tentu saja.” Tring! Spongebob langsung menemukan caranya setelah memandangi gunung di belakang Plankton. “Tenang saja, Nona Duyung, dia bukan penyihir. Dia seorang yang terobsesi oleh kekuasaan dan pengakuan. Tapi sebenarnya dia itu diciptakan hanya sebagai pecundang.” Spongebob maju ke depan. “Baiklah Plankton, demi dewa lautan bertobatlah kau, karena aku akan membantu membasmi kebatilan ini.”

“Silakan saja kalau bisa, Spongebob.”
Spongebob segera mengenakan kembali baju ninjanya, lalu berlari dan mendaki ke atas puncak gunung aktif tadi.

Dengan peluh bercucuran dia segera berusaha merobohkan pemancar tinggi di sana.

“Apa yang kau lakukan?” teriak Duyung yang tiba-tiba menyusulnya.

“Bantu aku merobohkan ini, kita harus melenyapkan sinyal internetnya agar gadget tidak berfungsi.”

“Semudah itu?”

“Tidak mudah, Nona. Pemancar ini terbuat dari besi.”

Spongebob dan duyung akhirnya menyerah, tangan kecil mereka tidak bisa merobohkan pemancar kuat itu. Mereka terduduk sedih.
Plankton tertawa terbahak-bahak, sampai tenggelam di air matanya yang ikut berderai.

Tiba-tiba suara teriakan ramai terdengar. Tuan Krab, Squidward, Patrik, Sandi, dan Miss Puff, satu per satu terjatuh dari atas.

“Spongebooooobb, waktunya memasak!” teriak Tuan Krab.

“Pelanggan sudah menunggu, Spongebob, aku malas menjawab pertanyaan mereka.” Squidward merutuk, kepalanya tertindih Patrik.

“Hai, sobat!” Patrik mengeluarkan jaringnya. “Dari kemarin aku mencarimu. Mari kita berburu ubur-ubur!”

“Oh, Spongebob, kau bermain dekat kawah?” tanya Sandi.

“Spongebob, SIM mu aku cabut!” teriakan Miss Puff parau, badannya menggembung karena terbentur.

“Meeong ....” Geri kucingnya juga ternyata ikut.
Spongebob tidak bisa menjawab pertanyaan teman-temannya, dia sangat terharu.

“Aku tidak menyangka kalian mencariku. Kawan-kawan bagaimana kalian bisa kemari?”

Mereka semua menunjuk ke arah kapal selam yang juga sedang mengarah jatuh ke arah mereka. Rupanya mereka juga bertemu dengan kapal selam yang tak terkendali itu dan melemparkan mereka semua ke Sunda Land.

“Semuanyaaaa, berlinduuuung!!” Teriak Spongebob.

Braakkk!!! Tuuuiiiiing ... Byaaaaarrr!!
Kapal selam menghantam pemancar penangkap sinyal sampai roboh, menimpa bangunan tinggi yang menjadi istana Plankton. Pengikutnya bergulingan ke lereng dan ke kawah. Plankton sendiri terlempar dan menempel di kapal selam yang kembali melesat lalu membawa dia ke benua lain.

Pemancar tinggi itu jatuh melintang menjadi jembatan di atas kawah dan sebagian lagi patah ke bawah menjadi tangga untuk turun gunung. Spongebob dan teman-temannya turun dengan mudah.

Raja dan rakyat negeri di bawahnya  kelimpungan tidak bisa mengakses internet. Gadget tanpa sinyal internet tidak berfungsi, dan akhirnya wajah-wajah mereka terangkat. Namun sayang, mulut mereka sudah kaku lama tidak dipakai, sehingga bicara mereka gagap berkomunikasi. Satu sama lain tidak saling mengenali, waktu sudah mengubah fisik mereka menjadi lebih tua. Rakyat negeri itu menyesal telah terpengaruh oleh penyihir jahat itu, menghabiskan waktu dengan kesenangan dunia maya sampai lupa umur.

“Sebagai putri raja, tugasmu tentu mengembalikan masyarakat kembali seperti dulu.” Spongebob menepuk-nepuk bahu duyung.

“Tentu Spongebob, aku akan melakukannya. Terima kasih atas bantuanmu dan kawan-kawanmu.”
Duyung memeluk Spongebob, lalu menghampiri ayah dan ibunya yang tidak percaya bahwa dia putrinya.

“Benarkah kau putri kami? Makanan apa yang kami berikan kepadamu, Nak?” tanya ibunya, seperti baru bangun dari mimpi.

Duyung merasa galau. “Spongebob,  mau kah kau ajari aku cara diet?” dia merajuk, ingin kembali langsing dan cantik seperti dulu.

“Tentu saja, Nona. Kalau perlu aku akan minta tuan Krab membuka restoran sehat di benua ini.”

“Ide bagus, Spongebob.” Kedua mata Tuan Krab menampakkan dolar. Cring! Cring!

“Teman-teman, bagaimana cara kita pulang? Kapal selam itu menghilang,” tanya Squidward.

“Tenang saja, kawan. Aku akan menghubungi rescue dari Bikini Bottom.” Sandy si tupai pandai segera mengeluarkan gadget miliknya, tapi dia hanya memandanginya, lalu mengangkat bahu. “Tidak ada sinyal,” lanjutnya.

Akhirnya mereka terdampar di laut dalam Sunda Land selamanya.

Dongeng Spongebob, ditulis untuk Linkari, September 2019

Baca Juga :

Inspirasi Menulis Bagian 1, Satu Purnama
Kencan Terburuk
Saksi Mata : Perspektif Politik, Kekuasaan dan Kekejamana









Komentar

  1. wkwkwkwk asli keren ini, udah mulai keluar ngawurnya... wkwkkwkw
    Makhluk Pedalaman bernama Pluto, angkat tangan.... Huraaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkk, Spesies ngawur mana suaranyaaa...? jangan ditiru 😅

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tanggapi dengan komentar terbaik anda atas tulisan ini, terimakasih.

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Spongebob Vs Pinokio

Kaum Tuli Melawan

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini