Spongebob Vs Pinokio

Sumber Gambar : https://pixabay.com

Spongebob menjadi wakil dari budaya simpel dalam kehidupan kita sehari-hari. Spongebob merupakan gambaran pergeseran budaya. Bikini sudah tidak tabu dibicarakan, Transparansi menjadi hal yang musti. Gamblang dan instan menjejaki sebuah makna. Perang antara yang baik dengan yang jahat diperjelas. Keluguan melawan kelicikan menjadi tampak nyata. Kekonyolan berlawanan dengan keseriusan. 

Harus diakui bahwa Spongebob membawa pengaruh barat dengan agen bernama Mr. Hollywood. Siapa yang bisa menolak budaya luar dalam masa Global ini? pintu Hollywood terbuka lebar disana, sebelumnya pintu Mrs. Bollywood lebih berjaya dan terakhir pintu "Miss Korea wood" ikut bermain. "Ashiaaap!" kita harus menerimanya, mau bagaimana lagi.

Sastera Spongebob berbentuk sastera kontemporer, dengan "romantisme" hanya sebagai banyolan untuk ditertawakan.  "Romantisme" kemudian dijadikan jualan untuk dramatisir keadaan saja. Sinisme hanya untuk sesaat untuk kemudian dilupakan, kritik hanya berlalu seperti kakak usil yang diam-diam mendekati adik kecilnya, menjitak kepala adiknya, kemudian berlari sambil ketawa saat adiknya menangis. 

Sosialnya Spongebob bercerita tentang komunitas. Bahwa dalam globalisasi sekarang akan membuat kita menjadi sangat individual. Menjunjung ego pribadi, namun terjadi paradoks, bahwa ternyata kita membutuhkan sebuah komunitas atau kumpulan sekelompok orang untuk "menjual ego" kepada anggota komunitas. Karena ego tidak bisa menolak hukum sosial itu sendiri, bahwa "Manusia adalah makhluk politik" atau bahasa Eyang Aristoteles menyebutnya "Zoon Politicon". Namun terjadi tantangan lain, bahwa terjadi tragedi kanibal yaitu satu manusia "memakan" manusia lainnya atau istilah kerennya "Homo Homini Lupus". Alamak...., seperti Fiksi orang Postmodernisme (Posmo) saja, bahwa dalam masyarakat Posmo ada paradoks dan ironi. Satu sisi meningkatnya peranan ego, tapi satu sisi meningkatnya identitas komunitas.

Millenialnya Spongebob, adalah generasi telanjang. Telanjang bukan dalam artian telanjang An sich yaitu tidak memakai baju alias memakai bikini atau malah tidak memakai pakaian sama sekali atau budaya Eksibisionis yang menggila. Makna Laten dari telanjang bagi Millenialnya Spongebob, telanjang dalam kata dan sikap. Disinilah letak kemerdekaan Spongebob, ketidak sukaan adalah ketidak sukaan yang mesti disuarakan. Lihatlah dalam beberapa media sosial, kata-kata kotor yang dahulu dipandang tabu tidak pantas diucapkan dimuka umum seperti menyebut-nyebut nama kelamin manusia, sekarang menjadi biasa dan menjadi budaya, fantastis bukan? Kita Shock pasti, lalu apa yang bisa diperbuat? 

Menghambat Spongebob untuk sekarang akan sangat-sangat terlambat, karena dia telah ikut berperan dalam membentuk generasi millenial. Namun, jangan salahkan Spongebob semata. Peran-peran lain banyak yang bermain, jika ingin menghambat Spongebob, maka hambat saja Globalisasi, habis perkara, jalankan politik "Isolasi diri", sekali-kali keluar dari isolasi akan membuat kita menjadi orang yang "gagu", sama seperti orang Taiwan yang kagum ketika melihat berbagai macam merek Handphone atau takut berkendara motor tanpa memakai Helm. Atau seperti orang Korea Utara yang dandan seperti orang mau pergi "mejeng" ke Mall. Toh, nyatanya Mall mereka hanya Minimarket kecil di Indonesia.
Lain Spongebob, lain Pinokio.

 Sumber gambar : https://pixabay.com

Pinokio wujud budaya malu menyebut. Malu timbul dari adanya tirani. Tirani yang menghalangi orang untuk berbicara Vulgar. Dengar-dengar cerita Pinokio lahir di tanah Italia sana. Tempat Opera berjaya, karya romantisme membahana, Lukisan Abstrak lebih populer dibanding lukisan realis. Semuanya selubung harus diartikan untuk mencari makna. Romawi pernah berkuasa atas dunia, hingga budaya mereka menjadi global pada masanya. Mereka jadi rujukan.

Sastera Pinokio adalah sastera klasik. Mendidik untuk berfikir, memahami dan menyelami "suasana kebatinan". Bagi sastera Spongebob, Pinokio adalah sastera kemunafikan, ketidak beranian alis pengecut. Sastera demikian lahir pada jamannya. Orang tidak berani melawan raja atau penguasa, maka Pinokio digambarkan sebagai alat untuk melawan. Pinokio adalah puisi, sajak atau prosa tentang kondisi sosial yang carut marut akibat kebohongan yang selalu dijual. Pinokio adalah dalih atau pengalihan. Dalih dari ketidak mampuan seperti orang menunjuk orang lain sebagai kambing hitam untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Pengalihan sebagai hiburan seperti para gladiator yang bertarung demi mendapatkan perhatian, tujuannya mengalihkan perhatian. Pola intelejen yang teramat keren.

Sosialnya Pinokio, merupakan masyarakat tertekan dan menderita. Idealisme menjadi barang yang mahal untuk diperjuangan. Moral adalah segala-galanya, sebagaimana romansa Immanuel Kant. Keruntuhan moral adalah keruntuhan sejati, patahkan saja salah satu kakinya, maka sebuah identitas akan mati seperti tragedi kematian Achilles dalam "Cerita Troya" akibat ada yang membidik tumitnya dengan panah, karena dia tahu tumit itulah kelemahan satu-satunya dari Achilles yang kebal itu. Kebusukan disimpang sebegitunya. Promosi dan citra diri dipamerkan sejadi-jadinya, akibatnya kebohongan menjadi jualan mempesona. Siapa bilang Hedonisme sebagai budaya moderen, dia adalah budaya primitif persis seperti orang purba yang tidur di goa-goa ketika peruntya sudah kenyang, tidak peduli orang kedinginan atau kelaparan, yang penting "maunya" dan "senangnya" terpuaskan. 

Millenialnya Pinokio merupakan Millenial yang dipaksakan menjadi Millenial, karena sejatinya mereka adalah tokoh klasik kalau tidak ingin menyebutkan sebagai tokoh tua. Jadi mereka sejatinya bukan Millenial. Semuanya diperhitungkan seperti akan mengambil langkah dalam permainan catur. Bagaimana memperangkap Raja lalu menghancurkannya dengan minim korban. Namun jika membutuhkan korban, maka pilihlah korban yang teringan dan mau untuk dikorbankan. Kambing Hitam! jurus pamungkas untuk menghindar dari ketidakbecusan. 

Pinokio merupakan tradisi kebohongan yang hidup dalam lingkungan orang yang membudayakan kebohongan. Para Sofis lebih populer dari Philosophis. Sofis menjual kata-kata mendayu untuk melirik perhatian khalayak ramai hingga mendapatkan simpati dan membenarkan katanya. Sementara Philosophis menyeru kebenaran tapi tantangan penjara alias kejatuhan. Pinokio adalah Satiran atau sindiran, jika tidak mengerti sindiran... so bagaimana?

Lalu anda Pilih Spongebob atau Pinokio?
Kalau Pluto memilih menjauh dari Matahari, biar dingin dan tidak panas.

Selamat malam...

Komentar

  1. Pluto cari aman ... wkwkwk ... Aku pilih mermaid aja dah, cantik ... 😁😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya iyalah, kalau ngga aman ngga asyik, Mermaid itu kan sastra klasik... masih enak kok

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tanggapi dengan komentar terbaik anda atas tulisan ini, terimakasih.

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Kaum Tuli Melawan

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini