Kaum Tuli Melawan

Foto : Pixabay.com

Ada yang memilih bertahan dengan keras kepalanya. Membungkam mulutnya.  Meraih sunyi untuk rihat dari kebisingan-kebisingan sekitar. Membiarkan semuanya berjalan dan berlalu begitu saja. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Ada yang memilih menepi dari kebisingan sekitar. Membiarkan orang-orang menyalahkannya karena keterbatasannya. Dan lagi, ia keras kepala untuk tidak mempeributkan hal-hal kecil yang kebanyakan orang gunakan untuk menindas orang lain.

"Sabar..." kata hatinya.

Tetapi...ada yang memilih diam-diam menuliskan sendu. Meleburkan kepalanya yang sudah lama berkeras, demi sebuah kebangkitan dari diskriminasi.

#catatankaumTuli

Puisi ini adalah salah satu tulisan saat penulis mengalami tuli ringan. Keadaan itu menimbulkan diskriminasi di lingkungannya, saat masih ber-KKN. Orang-orang baru belum bisa memahaminya.

Malluse Tasi, 21 Juli 2019

Nikmati Juga :

Angkuh
Kecewa
Kencan Terburuk


Komentar

Posting Komentar

Silahkan tanggapi dengan komentar terbaik anda atas tulisan ini, terimakasih.

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Spongebob Vs Pinokio

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini