Tainnsvvenny Voin Boga (Prajurit Tuhan)

Pasir halus beterbangan dimainkan oleh angin gurun. Awan Hitam marah menggumpal dilangit. Gurun ini menjadi saksi berhadapnya dua pasukan besar.

Amarah, dendam dan benci membahana dari utara. Di Selatan Hawa sama berhamburan. Disampaikan, dibenturkan angin, perang energi sudah mulai sejak tadi.

Tiba-tiba, seorang kavaleri dari selatan memburu ke tengah, bermaksud menyelamatkan domba. Seekor domba berjalan melenggang ditengah, tak peduli pertarungan emosi yang akan diluapkan dalam medan laga.

Di utara, melihat seorang melaju dengan kuda ke tengan medan laga, Raja termagu. Maka salah satu perwiranya bergumam "sombong sekali prajurit ini, tak perlulah infanteri maju menghadangnya". Perwira perintahkan untuk melempar alteleri dari yang ringan sampai yang berat.  Panah bertebangan seperti kawanan belalang terbang bergerombolan menunju satu titik. Batu dari katapel raksasa dilepas, dengan riang berputar-putar diangkasa lalu turun menghantam seseorang.

Dengan gesit, prajurit berkuda mengebaskan pedang kiri kanan. Panah terpental kiri kanan. Batu yang datang, kaveleri selatan menghidari tubrukan batu yang mendera. Kudanya sejiwa dengannya, ikuti insting tuannya menghindari ancaman.

Di selatan, melihat prajurit itu berlari ke tengah medan laga, Sultan... kaget sejenak. Sultan mengambil keputusan untuk membiarkan saja hal itu terjadi . "Prajurit tak disiplin,  layak mendapatkan hukuman" begitu yang terlintas di pikiran Sultan. "Mati satu prajurit apa rugiku?" Sultan Sinis.

Di tengah, antara utara dan selatan, di antara bahaya panah dan batu, domba lugu tetap melenggang aduhai, domba tak hirau. Dia berjuang hanya untuk keluar dari padang pasir ini mencapai hutan di sana. Ketidak peduliannya berhenti, ketika melihat seorang berkuda kencang mendekatinya. Domba kangkung... termenung lalu berpikir membuat asumsi. Dia sdg diburu! begitu pikir Domba. Mungkin orang ini akan menangkapnya lalu menyembelihnya, kemudian dagingnya akan di bakar. Rasa takut merayap hebat hingga menguasai ubun kepala, domba lalu lari kencang.

Prajurit yang sedang kepayahan menghindari batu dan mengibas anak panah, bingung... Melihat domba lari kehutan dan lebih kencang lagi larinya menunju hutan. Prajurit itu terus maju mengejar domba. "Aku akan menyelamatkan Domba itu dari amukan badai perang", dasar domba tak tahu di untung.

Di selatan, Sultan dongkol menyumpahi agar si prajurit mati saja. Di utara, Raja kesal karena tidak satu panah dan batu mengenai sasaran, lalu merampas panah dari salah satu prajuritnya. Mengambil busur, lalu membidik saat yang tepat... raja melepas anak panah dari busur. Panah melesat riang bersiul bersama angin menuju batok dahi tak terlindungi. Saat itu si prajurit lengah... Panah melesat dihadapan memecah tengkorak lalu menembus batok kepalanya. Prajurit itu terjungkang dari kudanya.

Di selatan Sultan tak peduli, malah bersyukur, akhirnya sumpah berlaku. Di utara, "Raja memang ahli panah" puji seorang jenderalnya. Raja tersenyum, prajuritnya bersorak sorai.

"Aku berhasil lolos dari maut" ucapnya lega. Domba... sudah berhasil sampai di hutan.

Jasad Prajurit tak bernyawa ditemani Kudanya yang bertingkah gelisah menjilati jasad tuannya. Berharap tuannya cepat bangun. Tuannya tetap senyum, tapi tidak mau bangun.

Kuda melihat ada sebongkah batu menuju Tuannya. secara reflek rasa kebinatangannya bertindak, dia melindungi Tuannya!!!

Brakk!!! batu besar itu mengenai tubuh kuda itu, seketika Kuda gugur ke tanah dan sepertinya menyusul tuannya.

Tiba-tiba angin bertiup kencang seperti menggulung-gulung. Langit menjadi hitam pekat sebab awan hitam itu terus menyatu. Petir menyambar tak tentu awah. Sambaran petir semaunya dan sesukanya.

Alam mengamuk! Tak peduli domba itu, tak peduli sultan itu, tak peduli raja itu, tidak peduli prajurit-prajurit itu, terbang berantakan digulung tornado jadi satu. Dihempas-hempas kian kemari, lalu alam membantu mereka itu menuju gerbang kematian menggenaskan.

Sesaat Tornado selesai. Langit kemudian menurunkan hujan, langit sesudah itu cerah. angin bertiup pelan. Jasad menggunung, mungkin itu jasad pra prajurit, dan mungkin juga ada jasad Sultan dan Raja disana. Jasad-jasad dengan wajah pendertitaan. Lalu dipuncak gunung Jasad itu kejatuhan dari langit satu jasad lagi, Bangkai Domba!!!

Kuasa tuhan berlainan pada prajurit yang lari sendiri tadi bersama kudanya. Jasadnya tetap diatas tanah tempat dia tersungkur tadi.

Lalu Matahari menyinari tubuh Prajurit tadi. Dari langit turun sepasang Burung raksasa bersayap putih. Disamping Prajurit dan Kuda yang telah gugur itu. Sepasang Burung raksasa itu menggali tanah, lalu memasukkan Prajurit dan kudanya ke dalam lubang itu. Kemudian menimbun mereka secara hati-hati. Diatas timbunan itu, ditiupkan oleh salah satu burung, maka bunga-bunga seketika tumbuh.

Salah satu burung raksasa bergumam, "Kami menunggumu di SorgaNya".

"Tuhan telah perintahkan itu kepada kami karena niat baikmu saja untuk menyelamatkan seekor Domba" Sambung burung raksasa yang lain.

Lalu sepasang burung raksasa itu terbang mengangkasa, lalu lenyap seperti ditelan Matahari.


 Gambar : pixabay

Komentar

Posting Komentar

Silahkan tanggapi dengan komentar terbaik anda atas tulisan ini, terimakasih.

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Spongebob Vs Pinokio

Kaum Tuli Melawan

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini