Dongeng Bobo : Vineatia

Dahulu kala, sewaktu daratan hanya satu berjaya, daratan mulia bernama Pangea, kala hujan es ganas menghantam hutan di Timur Pangea.

Hujan es ganas menghalangi langkah Vineatia untuk kembali ke perkampungan. Hujan es ganas disertai petir sambung menyambung seolah akan mencincang langit berkeping lalu berderai menghujam bumi. Badai meramaikan pesta hujan es ganas dengan petirnya. 

Vineatia diatas sebuah batu pipih, duduk bersandar, dalam sebuah goa batu. Badannya bergoncang menggigil, antara takut dan menahan deraan dingin. Berulang kali, Petir membuatnya terkejut. Sementara malam merambat, gelap sudah.

"Akh....!!!"

Sebuah suara terdengar kesakitan berasal dari mulut goa. Sebuah bayangan dalam gelap berlari memasuki goa.

Vineatia surut mundur lebih ke dalam goa, mencari gelap untuk berlindung. Petir-petir saat menebarkan kilat bisa menampakkan batang hidungnya. Matanya awas. Bayangan itu mengancam!

Sebuah Tulang sehasta telah digenggam ujungnya, Vineatia tak bermaksud menyerang, hanya bermaksud siap jika diserang.

Bayangan hitam itu, kemudian meletakkan sebuah beban dari pundaknya. Seketika petir menyambar! Tampaklah beban itu berwarna hitam dan kuning keemasan.

Bayangan itu seorang laki-laki! berambut panjang, mata sepertinya tajam. Alisnya lebat, dahinya besar. di punggungnya tersandang sebilah tulang besar, panjang dan runcing. Dipinggangnya terselip sebuah tulang lagi sekira sepajang satu hasta sama seperti yang dimiliki Vineatia. 

Laki-laki itu kemudian merunduk memutar-mutarkan sesuatu. 

Sesaat..., "Brrrrr..." Api menyala, Beberapa ruang dalam gua terang. Vinetia mundur lebih dalam lagi ke dalam gua, Mencari tempat gelap yang tak tersentuh cahaya dari api itu. Gerakannya perlahan.

Dari kejauhan Vineatia mengawasi laki-laki itu. Dia membakar sesuatu diatas api itu. Beberapa waktu berlalu, Goa harum dengan Daging terbakar. Vineatia tahu kalau daging itu adalah daging Harimau. Vineatia tahu karena kakeknya dahulu pernah memberinya daging itu.

Perut Vineatia, berderu. Hidungnya tidak bisa dia tutupi. Pikiran merayu betapa lezatnya daging harimau itu. 

Vineatia butuh asupan daging untuk perut dan untuk suhu badannya. Hujan dan malam telah membuat badannya tidak hangat. Bibirnya kering, tenggorokkan sama.

Sekira dua keping waktu, Vineatia semakin menggigil. Kali ini tidak saja karena kedinginan tapi juga karena lapar dan haus. Sementara laki-laki itu telah bersandar pada dinding goa di dekat apinya. 

Perlahan Vineatia mendekat, genggaman Tulang sehasta yang runcing itu semakin kuat dan siap melayang jika diinginkan. 

Saat Vineatia mendekat, laki-laki itu langsung berdiri!!! dia langsung mengambil tulang sehastanya yang runcing. 

"huuuh!!! huuuh!!!" laki-laki itu mengacungkan tulangnya kepada Vineatia, seperti mau menusuk.

Vineatia, melompat mundur seketika. Keberaniannya yang telah dikumpulkan selama dua keping waktu tadi, tiba-tiba menciut. Hatinya kecut, melihat betapa garangnya laki-laki itu.

Vineatia, memutari laki-laki itu. Mata mereka tajam saling mengawasi mengamati.

"umm.. umm..." Vineatia menujuk dengan tulangnya ke arah daging yang teronggok disamping perapian.

Laki-laki itu memandang ke  arah daging itu lalu kembali memandangi Vineatia. Lalu seketika, dia menurunkan tulang sehasta yang ada ditangannya dan meletakkan di lantai gua.

"yap... yap...", Kedua tangan laki-laki itu seperti menyerahkan sesuatu diudara dan mengarahkannya ke Vineatia, seperti ingin mempersilahkan Vineatia mengambil daging itu.

Ketegangan badan Vineatia, mengendur, lalu sedikit berlari menyergap daging, lalu... seperti tak peduli dengan apa, menyantap daging itu dengan buas. Mengoyak dengan giginya yang tajam. Air liurnya menetes kian kemari, Bibirnya basah! Vineatia seperti berbuka dari puasa yang panjang. Daging itu adalah kenikmatan tersendiri bagi Vineatia.

Ketika sedang asyik mengoyak daging itu, sebuah lapisan seperti menutupi punggungnya. Vineatia terkejut, tapi itu tak berlangsung lama, karena dia tahu laki-laki tadi telah menutupi punggungnya dengan sebuah kulit yang tebal dan membuat dirinya nyaman. Vineatia seperti tidak peduli, lalu terus mengoyak daging itu.

"umm.. umm..." laki-laki itu menawarkan sebuah kantung air disela Vineatia lahap memakan daging. Vineatia menatap kantung air itu. Sesaat Vineatia seperti tercenung, matanya sayu menatap mata laki-laki itu. Dia sedang senyum...

"yap...", Vineatea mengambil kantung yang ditawarkan oleh laki-laki itu. Ketika itu kulit tangannya bersentuhan. Bukan selimut, Bukan daging yang membuatnya hangat, tapi kulit itu yang membuat suhu badannya hangat naik drastis, lalu merasa sangat kehausan. Kantung minum itu diteguk sepuas-puasnya. 

Laki-laki itu kemudian berdiri, kali ini Vineatea pura-pura tidak tahu, mau apa laki-laki itu, tapi sebenarnya disela matanya Vineatea terus mengintip mencuri lihat.

Laki-laki itu mengembangkan kulit harimau di atas sebuah batu yang agak pipih yang mirip sebuah kursi panjang.

Vineatea sudah kenyang, dahaga sudah berlalu. Dirinya masih berada didekat api, mengulurkan tangan dekat api. Matanya telah mulai redup, mulutnya sudah berulang menguap. Laki-laki itu datang menghampiri, lalu... 

"umm...umm..." dia menunjuk ke arah hamparan kulit harimau itu.

Vineatea, seperti  berpikir, lalu menggeleng lemas.

"umm...umm..." laki-laki itu kembali menunjuk ke arah hamparan kulit harimau itu, suaranya sedikit keras.

Lagi-lagi Vineatea menggeleng.

"umm!!! umm!!!", kali ini suara laki-laki itu keras.

Vineatea terkejut, 

"Yap! Yap!", dia berdiri dan berjalan terburu menuju hamparan kulit harimau itu, lalu duduk dan memandang laki-laki didepan sana.

Laki-laki itu tersenyum, lalu menyatukan kedua tangannya dan mengarahkan ke samping kepala yang sedang miring dan memejamkan matanya. "umm..." dia berujar lagi....

Vineatea, tidak peduli. Badannya sudah lelah, matanya sudah berat. Langsung terbaring lunglai dan tertidur.

"Yap.. bobo.... umm...", selintas kupingnya masih mendengar alunan suara laki-laki itu, indah terdengar, Vineatea sudah berada di gerbang alam mimpi...

Baca Juga : 
Pernikahan Dini 






Komentar

Posting Komentar

Silahkan tanggapi dengan komentar terbaik anda atas tulisan ini, terimakasih.

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Bersalah

Perak Awan Malam

Spongebob Vs Pinokio

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Kaum Tuli Melawan

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini

Linkari Award : Tokoh Literasi