Jeruk dan Kopi

Jeruk panas berdampingan dengan Kopi dalam sebuah napan. Rasa manis berujung asam dengan pahit manis menyekat saling pandang. Buai paradoks mencari jalan penyatuan. Jarak panjang antara iya dan tidak dimoderasikan. 

Kuali besi dan lukisan rumah panggung bertanduk kerbau menghiasi. 

Kuali besi berkandung logam tebal berhujan menampung air dari langit. Tegar siap menerima takdir tidak melawan. Luapan airnya menumpah kala tak sanggup menerima beban semampunya. Kala kemarau menguras sebintik demi sebintik air dalam kuali. Kemarau berkepanjangan bisa saja menghabiskan air kuali, yang tersisa hanyalah bekasan air yang menggaris dalam kuali.

Rumah Panggung bertahta tanduk kerbau memandang dengan seksama. Angin dengan bebas memasuki ruangnya. Kala badai datang, lantainya basah. Kala panas datang, sejuk berada di dalamnya.

Tanduk kerbau gambar keagungan dan keanggunan putri raja. Berdiri memandang sedia menerima, tapi tak menahan jika ada yang pergi. Dia hanya bicara dalam diam, telinga hati harus tajam.

Jeruk dan kopi adalah peran kecil, kuali besi nan tebal serta rumah panggung bertanduk kerbau gambaran besar cerita. 

Aliran batang sianok berbunyi perkusi, angin berbisik dengan daun, burung memanggil sahut menyahut, tidak kah kau mengerti?



Gambar : Linkari

Komentar

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Spongebob Vs Pinokio

Kaum Tuli Melawan

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini