Lukisan Itu Berjudul "Bibir"

Aduhai...
Persendian bergetar, punggung tak tegak, mata malu mengintai. Ketika untaian kata berdendang dari sana, atau hanya sekedar mengulum senyum misteri mengundang tanya. Kapan aku benar-benar mengerti wanita??

Keluguan perawan melukisi tiap melimeter. Berkilauan mengintimidasi pandangan. Panorama Singgalang dan Merapi, atau keindahan Sianok tidak semenarik itu. Haruskah ku begal lukisan yang ini? Dosa! Dosa! Dosa! teriak batin. Jangan usil pada embun pagi, saat merayapi daun berwarna pink. Kemarau memang kejam, selalu berharap basah mendera.

Aduhai...
Pengagum, tak ingin tersandung. Tahan rayu dalam rindu mendayu.  Beribu tentara berpakaian hitam didepan, akan dihadang hanya lebar tangan se hasta. 

Mimpi-mimpi itu selalu mengingatkan, tersentak dari tidur, sementara tubuh kuyup. Keindahannya adalah teror! kemana lagi menyembunyikan diri, seperti tak ada ruang dalam semesta ini. Tuhan... Lenyapkan saja semesta ini, biar aku tidak mati dalam ketakutan teramat.

Aduhai...
Sufi tak beradab, menutup tapi mengintip. Iblis hanya setan kedua, diri identitas setan pertama. Menjaga tapi menggoda.  Pergi tapi kembali. Menolak tapi berharap.

Sedia takluk, diantara garis tegas nan tebal itu. Prinsip membayang jadi mustahil untuk dirobohkan. Lenyap sudah ke"aku"an, melayang di antara aurora lalu hilang perlahan. 

Jajahan harapan menggiring ke sebuah jurang, jatuh ke bawah berharap itu Eden menawan. Eden tempat apel mudah dipetik dalam cekikikan nakal, lalu tarikan nafas berat sambung menyambung memburu edan. Eden tanah harapan, tempat awal tragedi persemaian insan. Kisah Adam dan Hawa, kisah abadi berulang, digoda setan lalu terbuang.

Aduhai...
di Bukittinggi, kota yang mulai gersang.


Sumber Gambar : pixabay

Komentar

POPULER POSTING

Satu Purnama Dalam Penantian

Perak Awan Malam

Bersalah

Spongebob Vs Pinokio

Kaum Tuli Melawan

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Ketika Bunga Tak Lagi Identik dengan Wanita

Pernikahan Dini