Postingan

FRESH POSTING

Tanya Alam

Gambar
Tanya pada anggrek liar tentang arti bahagia, dia mungkin akan menjawab saat hujan membarut tubuhnya yang gersang, bahagia kala matahari pagi membantunya melahirkan putik lalu mengembangkan keindahan Tanya pada mawar berduri tentang arti bahagia, dia mungkin akan menjawab saat ruang tanahnya disiram air dan pupuk kompos alami, malam adalah senandung menunggu pagi dengan wangi menelusup isi kepala bagi yang membaui harumnya Tanya pada matahari pagi tentang arti bahagia, dia mungkin akan menjawab saat dia membantu makhluk bumi untuk bangkit menuju cita, semangat dia tebarkan, gelora dia menabuh harapan  Tanya pada bulan malam tentang arti bahagia, mungkin akan menjawab saat dia memberikan kelembutan sinar pada hitungan ke empat belas setelah bangkit dari kematiannya,  Bintang centil jadi perhiasan dan awan putih menjadi teman disisinya, bulan meninggalkan jejak memori masa lalu tentang keindahan Tanya pada sungai mengalir tentang arti bahagia, mungkin akan menjawab saat mengantarkan bagi

Tainnsvvenny Voin Boga (Prajurit Tuhan)

Gambar
Pasir halus beterbangan dimainkan oleh angin gurun. Awan Hitam marah menggumpal dilangit. Gurun ini menjadi saksi berhadapnya dua pasukan besar. Amarah, dendam dan benci membahana dari utara. Di Selatan Hawa sama berhamburan. Disampaikan, dibenturkan angin, perang energi sudah mulai sejak tadi. Tiba-tiba, seorang kavaleri dari selatan memburu ke tengah, bermaksud menyelamatkan domba. Seekor domba berjalan melenggang ditengah, tak peduli pertarungan emosi yang akan diluapkan dalam medan laga. Di utara, melihat seorang melaju dengan kuda ke tengan medan laga, Raja termagu. Maka salah satu perwiranya bergumam "sombong sekali prajurit ini, tak perlulah infanteri maju menghadangnya". Perwira perintahkan untuk melempar alteleri dari yang ringan sampai yang berat.  Panah bertebangan seperti kawanan belalang terbang bergerombolan menunju satu titik. Batu dari katapel raksasa dilepas, dengan riang berputar-putar diangkasa lalu turun menghantam seseorang. Dengan gesit,

Warisan

Gambar
Pic: Pixabay Dulu, nenek moyangku orang yang selalu dipandang sebelah mata. Semua orang mengucilkannya. Bahkan setiap perbuatan baik yang ia lakukan tak pernah dihargai. Meski demikian, Ia selalu tersenyum walaupun banyak yang melempar  cacian padanya. Untung saja ada Nek Hasanah yang selalu berada di sisinya, orang yang membuat ia tegar dari segala cerca yang menimpa dirinya. Namun celaka, setelah Nek Hasanah tiada perjuangan nenekku seolah hancur. Sehingga ia mendapat tawaran ‘Warisan’ itu.

Jeruk dan Kopi

Gambar
Jeruk panas berdampingan dengan Kopi dalam sebuah napan. Rasa manis berujung asam dengan pahit manis menyekat saling pandang. Buai paradoks mencari jalan penyatuan. Jarak panjang antara iya dan tidak dimoderasikan.  Kuali besi dan lukisan rumah panggung bertanduk kerbau menghiasi.  Kuali besi berkandung logam tebal berhujan menampung air dari langit. Tegar siap menerima takdir tidak melawan. Luapan airnya menumpah kala tak sanggup menerima beban semampunya. Kala kemarau menguras sebintik demi sebintik air dalam kuali. Kemarau berkepanjangan bisa saja menghabiskan air kuali, yang tersisa hanyalah bekasan air yang menggaris dalam kuali. Rumah Panggung bertahta tanduk kerbau memandang dengan seksama. Angin dengan bebas memasuki ruangnya. Kala badai datang, lantainya basah. Kala panas datang, sejuk berada di dalamnya. Tanduk kerbau gambar keagungan dan keanggunan putri raja. Berdiri memandang sedia menerima, tapi tak menahan jika ada yang pergi. Dia hanya bicara dalam diam

Lazuardi Pucuk Ke Tujuh

Gambar
Sirah kemengan tlah ditabuh Genderangnya sampai ke palung tersembunyi Atas sukma yang terhimpit sepi Saat ramai dipertontonkan di hadapan Hitungan 1 melanjutkan yang tlah dibuat atas 30 hari Coba meraih lagi kemenangan  Meski dingin masih merajai Atas rindu rengkuh dicintai Maka menahanlah lagi badan ini Juga keinginan-keinginan Menunda hasrat dunia yang  membuncah Demi cinta dari yang tak kasat mata 7 tangga kunaiki sudah Godaannya melebihi yang sebulan bulat Tapi begitu sampai di puncak ke tujuh Hadir sambutan gempita tak terkira Lazuardi indah berpendar Menggumamkan selamat datang Bagi yang ingin memasuki Pintu lain kenikmatan kemudian ***Anies Hidayatie Gambar :  pixabay

Rumah di Tengah Sawah

Gambar
Dahulu orang tuaku seorang yang menggeluti dunia perniagaan di Jakarta. Ibuku mengikuti suaminya untuk hidup dijalan berdagang di Jakarta. Sebagai seorang yang memiliki darah Minang, berdagang sangat familiar dengan kami. Biasanya untuk sukses berdagang orang Minang pergi jauh dari kampungnya merantau untuk mencari “lahan baru” untuk menggelar dagangannya dengan perhitungan dimana ada keramaian disana ada uang. Namun setelah ada badai menerpa, maka orang tuaku memutuskan untuk pulang kampung dan memulai kehidupan baru di kampung. Ayah dan ibuku kemudian melakukan pekerjaan sebagai petani. Dengan anugrah abu vulkanik dari Gunung Merapi, maka sektor pertanian menjadi maju di daerahku, didukung dengan aliran kali kecil yang menyediakan air untuk pengairan sawah-sawah. Ibuku selain bertani juga seorang pendidik dengan menjadi seorang guru mengaji pada sore harinya. Jadi darah pedagang, darah petani dan darah pendidik mengalir dalam pembulu darahku. Ketika orang tuaku ke sawah, a

Mengemas Harap dalam Putus

Gambar
Ku kan berhenti memujamu pagi Suram bernyanyi tentang derita Ku kan berhenti berharap sejuk Dinginmu membakar lenyapkan embun Ku kan berhenti membuka telinga Tak inginku mendengar nyanyian nuri Putus terbuai angin lalu Melayang diombang kian kemari Bergentayang dalam diam Tersenyum dalam genang air mata ### Aku ingin memujamu selalu Mencerahkan pagi dengan suka cita Aku ingin sejukmu selalu Hangatmu menciptakan bintik rindu Aku ingin mendengarmu selalu Menyulam nada piano dan biola Harap ini selalu terjaga Menunggu datangnya putaran takdir rasa Aku ingin membangun rumah ditengah sawah Saat sore lalu, saling berbagi cerita dalam tawa ### Buum!!! Ledakan ini memporakporandakan kedalaman jiwa Ada perang bersenjata tengah berlangsung Tubuh rapuh ini tambah lemah tak berdaya Lalu jatuh dalam tidur bangun tak bermakna Prajurit tuhan ini Menunggu mati tapi tak datang juga ###                

Lara Rindu Kamis Malam Kelabu

Gambar
Ini adalah bilangan ke 7 dari purnama bersinar yang dia janjikan. Penanggalan tengah bulan. Yaumul bid, untuk yang suka berlapar dahaga bagi Tuhannya.  Kamis, Jum at, Sabtu.  Begitu hitungannya. 13,14,15 H. Teguk teh panas terakhir menorehkan kenangan. Akan datangnya raut yang selalu kurindu.  Di tepi dermaga,  tempat dulu kuhantarkan dia arungi samudra,  menuju benua tetangga. Lanjut menuntut ilmu katanya. Untuk kelak kembali ke kampung,  membikin pabrik garment khusus dari kulit domba.  Satu spesialisasi yang dipelajarinya di sana. Benua Kanguru Australia.  Lepas senja hingga ujung malam,  tiap purnama di hari Kamis aku datang. Meniupkan dupa untuknya,  berharap aroma ingin sangat dipeluk ini sampai ke tanah tetangga,  tempatnya merajut cita cita Gambar :  pixabay

Gak Usah Pake Judul

Gambar
Disini... Mentari senja selalu menawan, Menuruni barat langit perlahan senyum di punggung bukit Perak menggoda, Riang kawanan angsa berlalu terbang Orange mendayu, Pijar dengan hijau dan genang air sawah Kala mentari malupun, disini tetap punya cerita Awan badai, sambaran petir jadi teman kita Angin menghadang, hujan membasah Tawa dan senyum tetap ada Deras hujan menjadi romansa, Kencang angin menjelmakan suka Kenanglah itu sampai hari tua Baca Juga : Tembang Senja Kencan Terburuk Ketika Bunga Tak Lagi Identik Dengan Wanita Surau tua itu tetap meraja Tempat persinggahan kala Magrib menyapa Surau tua itu punya wibawa, Tidak senyum tidak tertawa, Diam menyambut dengan sahaja Di depan surau itu kita kerap menikmati senja Pujian taman surga disana selalu jadi tema Tempat berlari anak-anak bermain bola Kolam dengan pancuran air menghiasi sisi muka Azan menggema dari Surau tua itu, Di depannya ada lampu bolam Di belakang ada percikan akhir senja Ki

Lukisan Itu Berjudul "Bibir"

Gambar
Aduhai... Persendian bergetar, punggung tak tegak, mata malu mengintai. Ketika untaian kata berdendang dari sana, atau hanya sekedar mengulum senyum misteri mengundang tanya. Kapan aku benar-benar mengerti wanita?? Keluguan perawan melukisi tiap melimeter. Berkilauan mengintimidasi pandangan. Panorama Singgalang dan Merapi, atau keindahan Sianok tidak semenarik itu. Haruskah ku begal lukisan yang ini? Dosa! Dosa! Dosa! teriak batin. Jangan usil pada embun pagi, saat merayapi daun berwarna pink. Kemarau memang kejam, selalu berharap basah mendera. Aduhai... Pengagum, tak ingin tersandung. Tahan rayu dalam rindu mendayu.  Beribu tentara berpakaian hitam didepan, akan dihadang hanya lebar tangan se hasta.  Mimpi-mimpi itu selalu mengingatkan, tersentak dari tidur, sementara tubuh kuyup. Keindahannya adalah teror! kemana lagi menyembunyikan diri, seperti tak ada ruang dalam semesta ini. Tuhan... Lenyapkan saja semesta ini, biar aku tidak mati dalam ketakutan teramat. Ad

Untuk Para Tuan

Gambar
Untuk para Tuan... Kita sepakati demokrasi, Tapi Tuan bungkam ekspresi Dalil Tuan sungguh basi! Tuan duduk bersama di meja makan mengundang masalah untuk diselesaikan Tuan sesat! Mereka melawan karena ditendang dengan pentungan atau dengan undang-undang Oh... tidak mengertikah Tuan? ### Untuk para Tuan... Tragedi menjadi, Tunas dipukul layu, ada yang gugur ke bumi Tak punya rasakah tuan? Tuan ajarkan kekerasan mencapai tujuan, sungguh bijak ajaran Tuan Sesat! Tuan undang mereka ke jalan untuk dijadikan korban Oh... tidak mengertikah tuan? ### Untuk para Tuan... Mulut tuan penuh dengan alibi Pejuang demokrasi, pejuang reformasi Sejarah Tuan tidak berarti! Tuan sibuk dengan analogi Telinga Tuan tuli dari teriak histeris Tuan sesat! Tuan tak dengar mereka padahal dahulu Tuan memaksa untuk didengarkan Oh... tidak mengertikah Tuan? ### Untuk para Tuan... Pentungan Tuan melayang kian kemari Hakim jalanan, memburu memukuli Tuan su

Lenyap, Hadir Peziarah

Gambar
Bagai lilitan ular lapar Mengingatmu Memangsa sebelumnya tak berdaya Pelan-pelan tulang remuk perlahan Hingga akhirnya rintihan senyap Teriakan nyaring membentur lidah Air liur membuncah Dalam pasrah Korban periodik berjatuhan Tak menyisakan kenangan Bahkan tulang belulang mengapur dalam Hingga tak seorang pun ingat Ia telah berbuat apa Tempat ziarah tak ada Tanah Bumbu, 23 September 2019 Ilistrasi, pinterest Baca Juga : Tak Berotak ! Tembang Senja Kencan Terburuk Kaum Tuli Melawan Semua Menolak "Neisia" Guru Hatta Ketika Bunga Tak Lagi Identik Dengan Wanita

Tak Berotak!

Gambar
Tak Berotak! Manusia... Betapa aneh dirimu ini Hutan diciptakan sang pencipta buatmu Untuk memenuhi Sgala kebutuhan Manusia... Kau pembunuh tanpa senjata bakar paru dunia, Kau porandakan semua lalu bergaya tanpa dosa Manusia.. Kau cerdik licik tidak berotak Bagaimana anak cucumu esok? Dasar tak berotak! Manusia .. Tunggu saja penyesalan atas buatanmu sang pencipta murka akan membinasakanmu Pariaman Laweh, 20 September 2019 #Padondakmanga Baca Juga : Angkuh Tembang Senja Kencan Terburuk Kaum Tuli Melawan Ketika Bunga Tak Lagi Identik Dengan Bunga Sumber Gambar :  Pixabay

Bukittinggi Hari Ini

Gambar
Sebentar lagi si manis mengajak makan siang. Sudah lama kami tidak menikmati udara Bukittinggi yang sejuk. Kondisi panas luar dalam. Akibat polusi asap, Tenggorokan terasa kering. Berulang kali dibasahkan dengan air minum percuma saja. Hidung terasa sangat pegal, berlendir tiap sebentar menggumpalkan lendirnya. Siang serasa maghrib, Matahari sepertinya takut dengan asap. Wajah-wajah orang murung tidak senyum, bukan karena tak ramah, tapi seperti menahan sakit yang mendera tubuh mereka. Bukittinggi tidak cerah, batinnya terasa sakit. Asap hutan ini benar-benar menyiksa.  Matahari kalah oleh asap. Kemaren matahari takut saat kutatap. Wajahnya kuning tak beringas. Asap ini memang perkasa, menjajah perkasa.  Hujan sepertinya memperpanjang cuti untuk tidak hadir di kelas Bukittinggi hari ini. Tak ada kabar, tak ada berita surat  sakit. Jika hujan turun, aku ingin bermain dibawah rintiknya, pertanda aku rindu dan menyayanginya. Hujan ada perlipur lara, meredakan panas hati, mema

Spongebob Vs Pinokio

Gambar
Sumber Gambar :  https://pixabay.com Spongebob menjadi wakil dari budaya simpel dalam kehidupan kita sehari-hari. Spongebob merupakan gambaran pergeseran budaya. Bikini sudah tidak tabu dibicarakan, Transparansi menjadi hal yang musti. Gamblang dan instan menjejaki sebuah makna. Perang antara yang baik dengan yang jahat diperjelas. Keluguan melawan kelicikan menjadi tampak nyata. Kekonyolan berlawanan dengan keseriusan.  Harus diakui bahwa Spongebob membawa pengaruh barat dengan agen bernama Mr. Hollywood. Siapa yang bisa menolak budaya luar dalam masa Global ini? pintu Hollywood terbuka lebar disana, sebelumnya pintu Mrs. Bollywood lebih berjaya dan terakhir pintu "Miss Korea wood" ikut bermain. "Ashiaaap!" kita harus menerimanya, mau bagaimana lagi. Sastera Spongebob berbentuk sastera kontemporer, dengan "romantisme" hanya sebagai banyolan untuk ditertawakan.  "Romantisme" kemudian dijadikan jualan untuk dramatisir keadaan saja.

Spongebob : Terdampar di Sunda Land

Gambar
Sumber Gambar :  https://pixabay.com Lima detik setelah mendapatkan SIM dari Miss Puff, Spongebob langsung mengendarai perahunya dengan gembira. Namun, euporia di hatinya membuat skill mengemudinya yang tidak mumpuni itu menjadi melantur. Banyak melanggar rambu-rambu, bergerak tanpa arah. Perahunya melaju cepat menerobos kota, membabat habis jemuran penduduk. Sebuah dalaman menutupi matanya, sehingga perahunya semakin melaju tanpa arah. Menabrak karang, melubangi poster, merusak habitat ubur-ubur, membentur tembok pembatas, lalu terjun bebas ke dalam palung yang gelap dan sempit. Sunyi, Spongebob semaput, dia berada di kedalaman lebih dari 10.000 km dibawah dasar laut. Mendarat tepat di atas sebuah kapal selam yang hilang. Tiba-tiba dia merasakan getaran, rupanya benturan perahunya membangunkan kapal selam yang sudah lama hilang. Kapal selam itu aktif, navigasinya berfungsi, lalu menderu, meluncur dengan cepat, bergerak-gerak seperti banteng mengamuk. Menghempaska

Bersalah

Gambar
Seiring waktu berjalan, semuanya telah berlalu Hari bahagia dan sedih, hilang sudah Akibat ulahku, semuanya pergi Semua tiada artinya Inginku teriak, luka hinggap ditusuk duri Tak ada yang paham dan mengerti dengan rasa ini diri terbawa arus oleh hembusan angin dan melayang di awang Entah kemana dibuai, lalu porak poranda terurai Semua ulah perangai Sesal mengaliri rasa menjadi Semua terjadi karena ulah diri Sesalku... salahku... Baca Juga : Angkuh Kemarau 2019 Tembang Senja Kencan Terburuk Perak Awan Malam Kaum Tuli Melawan #padondakmanga Sabtu 14 september 2019

Kaum Tuli Melawan

Gambar
Foto : Pixabay.com Ada yang memilih bertahan dengan keras kepalanya. Membungkam mulutnya.  Meraih sunyi untuk rihat dari kebisingan-kebisingan sekitar. Membiarkan semuanya berjalan dan berlalu begitu saja. Dan seterusnya, dan seterusnya. Ada yang memilih menepi dari kebisingan sekitar. Membiarkan orang-orang menyalahkannya karena keterbatasannya. Dan lagi, ia keras kepala untuk tidak mempeributkan hal-hal kecil yang kebanyakan orang gunakan untuk menindas orang lain. "Sabar..." kata hatinya. Tetapi...ada yang memilih diam-diam menuliskan sendu. Meleburkan kepalanya yang sudah lama berkeras, demi sebuah kebangkitan dari diskriminasi. #catatankaumTuli Puisi ini adalah salah satu tulisan saat penulis mengalami tuli ringan. Keadaan itu menimbulkan diskriminasi di lingkungannya, saat masih ber-KKN. Orang-orang baru belum bisa memahaminya. Malluse Tasi, 21 Juli 2019 Nikmati Juga : Angkuh Kecewa Kencan Terburuk My Name is Zamapah Semua Menolak Neisia

My Name is Zamapah...

Gambar
Aku Jerapah, leherku panjang badan ku besar. Tuhan maha adil memberikanku leher panjang, hingga aku bisa menjangkau daun-daun pohon yang tinggi. Tuhan maha adil memberikanku leher panjang hingga bisa melihat musuh yang berjinjit mengintai untuk menerkamku. Aku bisa lari kencang menghidar musuh pemangsaku. Aku jarang melihat manusia, aku takut.  Otakku berisi pikiran abstrak berisi cara bertahan hidup semata. Setiap ada daun menari melambai, ku makan saja, terlebih daun berwarna hijau muda, itu sangat menggoda. Jadi jangan para daun muda merayu ku, kalau tidak inginku makan. Leherku panjang bukan berarti aku tidak bisa tekuk ke bawah. Aku bisa mengambil makanan yang rendah atau yang ada ditanah. Suatu Hari ketika aku telungkup menikmati siraman matahari pagi disebuah padang sabana nan luas, aku dikejutkan dengan bunyi letusan. Aku menoleh kebelakang, beberapa manusia mengejarku. Dipinggulku ada rasa ngilu sedikit perih, jarum menusuk pinggulku.  Aku berdiri sigap mengambil anca